Menemukan Nilai dan Ideologi di Balik Dunia Game
11 jam lalu
Video game bisa jadi cermin ideologi dan kemanusiaan. Artikel ini mengajak kita bermain dengan kesadaran, bukan sekadar hiburan.
Lebih dari Sekadar Hiburan
Video game kini bukan lagi sekadar hiburan atau pelarian dari dunia nyata. Ia telah menjadi ruang interaktif yang mampu menyuarakan pesan politik, ideologi, dan isu sosial secara halus namun kuat. Lewat cerita, mekanik permainan, dan dunia yang dibangun, game bisa memancing pemain untuk berpikir, menilai, bahkan mempertanyakan moralitas dan kemanusiaan.
Game tidak pernah benar-benar netral. Setiap elemen di dalamnya—mulai dari narasi hingga aturan main—memuat sudut pandang dan nilai tertentu. Dalam banyak kasus, dunia fiksi yang kita jelajahi di layar justru menjadi cermin dari dunia nyata yang sedang kita tinggali.
Politik dalam Cerita dan Karakter
Beberapa game memilih untuk berbicara secara langsung tentang kekuasaan dan ideologi.
Game seperti BioShock menghadirkan kota bawah laut bernama Rapture sebagai perwujudan ideologi objektivisme yang ekstrem—di mana kebebasan tanpa batas justru berujung pada kehancuran. Sekuelnya, BioShock Infinite, menampilkan kota di langit bernama Columbia yang menyinggung fanatisme agama dan rasisme.
Sementara itu, Call of Duty sering membawa sudut pandang geopolitik Amerika dalam setiap konfliknya. Pemain diajak menjadi pahlawan, tapi sering kali tanpa disadari juga menyerap narasi politik yang bias. Dalam konteks ini, game bukan sekadar ajang tembak-menembak, tapi juga bentuk propaganda halus yang memengaruhi cara pandang pemain terhadap dunia.
Aturan yang Mengandung Pesan
Cara kita bermain juga menyampaikan nilai. Dalam Civilization atau Tropico, pemain diajak mengatur pemerintahan, pajak, dan ekonomi. Pilihan sistem yang sukses di game ini sering kali mencerminkan pandangan tertentu tentang kekuasaan dan kapitalisme.
Game seperti This War of Mine mengambil pendekatan berbeda. Pemain berperan sebagai warga sipil yang berjuang bertahan hidup di tengah perang. Tidak ada kemenangan gemilang—hanya keputusan sulit antara mencuri makanan untuk bertahan hidup atau mempertahankan moral. Game ini menantang pemain untuk berpikir: di tengah sistem yang keras, sejauh mana kita masih bisa berpegang pada kemanusiaan?
Studi Kasus: Papers, Please dan Dilema Kemanusiaan
Game Papers, Please menempatkan pemain sebagai petugas imigrasi di negara otoriter. Tugasnya sederhana: periksa dokumen, segel paspor, dan jaga perbatasan. Namun di balik itu, pemain dihadapkan pada dilema moral yang berat—antara mengikuti perintah negara atau menolong sesama manusia.
Setiap kesalahan membuat gaji dipotong, keluarga kelaparan, dan tekanan semakin besar. Di sinilah kekuatan game ini: ia memaksa kita berpikir tentang integritas, tanggung jawab, dan kemanusiaan di tengah sistem yang menindas.
Refleksi Nilai Indonesia
Sebagai warga Indonesia, kita punya nilai-nilai yang kuat: Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan semangat kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai-nilai ini bisa menjadi lensa untuk menilai game dengan lebih bijak.
-
Kemanusiaan dan Integritas
Game seperti Papers, Please mengingatkan bahwa integritas mudah runtuh di bawah tekanan. Ini relevan dengan realitas kita, di mana perjuangan melawan korupsi dan ketidakadilan masih berlangsung. -
Keadilan Sosial
Dunia Arstotzka yang penuh ketimpangan dalam Papers, Please menjadi pengingat tentang pentingnya sistem yang adil. Ia mengajarkan bahwa hukum tanpa rasa kemanusiaan hanya akan menindas yang lemah. -
Toleransi dan Empati
Banyak game mengajak kita melihat dunia dari mata orang lain—ras, agama, dan budaya yang berbeda. Nilai ini sejalan dengan semangat toleransi Indonesia, yang mengajarkan kita untuk memahami sebelum menilai.
Verdict: Bermain dengan Kesadaran
Sebagai gamer dan warga Indonesia, saya tidak melihat game yang memuat ideologi sebagai sesuatu yang harus dihindari. Justru di sanalah letak nilai edukasinya. Game seperti Papers, Please atau This War of Mine bisa membuka mata kita terhadap realitas sosial yang keras, dan mengajak kita berpikir kritis tentang kemanusiaan.
Namun, kita perlu bermain dengan kesadaran. Bedakan antara hiburan dan pesan yang dibawa. Jadikan game sebagai ruang refleksi, bukan tempat melarikan diri dari kenyataan.
Game adalah karya seni digital. Ia tidak hanya mengajarkan cara menang, tetapi juga cara memahami manusia. Maka, bermainlah dengan pikiran terbuka, bukan dengan ketakutan.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Menemukan Nilai dan Ideologi di Balik Dunia Game
11 jam laluBaca Juga
Artikel Terpopuler